Sabtu, 30 April 2016

TRAVELING MURAH BANYUWANGI, TABUHAN, DAN BALURAN 3 HARI DUA MALAM (3D2N): HARI PERTAMA (17 APRIL 2016)



Hari:   Kedua   Ketiga




Traveler: Kembar A, Suami Kembar A, Kembar B, dan Suami Kembar B
Starting Point: Surabaya

Berangkat dari Surabaya


Kami berangkat dari Surabaya sekitar pukul 03.30. Selama perjalanan awal itu, kami semua sudah bergantian tidur, kecuali Suami Kembar A yang memang bertugas menjadi sopir pada perjalanan kali ini. Kami sampai di Bangil tepat waktu Subuh dan memutuskan untuk salat Subuh di salah satu masjid terdekat dari posisi kami waktu itu, yaitu Masjid Al-Kautsar.

Masjid Al-Kautsar, Bangil
Masjid Al-Kautsar, Bangil

Narsis di PLTU Paiton

Segera setelah salat Subuh kami berangkat lagi. Sekitar pukul 07.00, kami tiba di PLTU Paiton. Dasar si kembar ini memang narsis, akhirnya kami pun menepi di dekat Paiton. Sementara kami bernarsis ria, para suami juga sibuk hunting foto. Apalagi pemandangan di daerah tikungan dekat Paiton memang luar biasa mengagumkan.

PLTU Paiton

Paiton Probolinggo

Puas berfoto di Paiton, kami meneruskan perjalanan. Kebetulan saat itu perut kami juga mulai terasa lapar. Kami pun berbelok ke sebuah rumah makan bernama Depot Blitar.

Depot Blitar Paiton

Tempat makan di sekitar Paiton

Setelah perut terisi, kami melanjutkan perjalanan kami. Sepanjang perjalanan, banyak sekali pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Sampai akhirnya kami sampai di wilayah Baluran. Mobil kami sedikit merambat karena banyak truk-truk bermuatan penuh dan bus-bus bobrok yang serba ngebut. Di kanan kiri jalan juga banyak truk-truk yang menepi, entah karena ganti ban, ada kerusakan, kecelakaan, atau hal lainnya. Kalau ada yang seperti itu, perjalanan bisa jadi super lambat karena hanya bisa menggunakan satu sisi jalan. Perjalanan dari awal masuk wilayah Baluran tersebut hingga keluar wilayah Baluran memakan waktu hingga 30 menit.

Tiba di Banyuwangi


Kami sampai di wilayah Banyuwangi sekitar pukul 12.00. Karena si sopir merasa capek dan ingin beristirahat, kami pun menepi di suatu daerah entah apa dan membeli Dawet Sayuwiwit di pinggir jalan. Dari mas penjual dawet, kami mendapat info bahwa ternyata kami sudah berada di dekat Pantai Bangsring, daerah yang menjadi tujuan kami untuk esok hari.

Akhirnya kami pun meneruskan perjalanan ke arah pusat kota. Dan ternyata memang hanya beberapa menit dari penjual dawet tadi, kami sudah melewati suatu pantai, yang kemudian kami ketahui bernama Pantai Watu Dodol, yang masih berada satu garis pantai dengan Pantai Bangsring yang semula jadi incaran kami.

Beberapa menit dari Pantai Watu Dodol, kami melewati Pelabuhan Ketapang. Kami tak menyangka bahwa titik-titik penting ini berada di pinggiran Jalan Nasional. Betapa strategisnya dan sangat terjangkau bagi traveler yang ingin naik kendaraan umum.

Salat di Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi

Karena sudah masuk waktu Zuhur, kami memutuskan untuk mencari masjid saja. Kami tiba di Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi sekitar pukul 12.30. Segera saja kami salat Zuhur di situ.

Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi

Selesai salat, kami sedikit bimbang. Semula kami ingin menginap di daerah kota, tapi tiba-tiba suami kembar A mengusulkan untuk menginap di sekitar pantai agar kami bisa menikmati debur ombak di malam hari. Sebenarnya ide itu cukup menarik, tapi kami masih perlu mendiskusikannya lagi.

Alamat Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi

Lokasi Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi

Makan Siang di Alun-Alun Taman Sri Tanjung

Akhirnya kami memutuskan untuk makan di alun-alun Taman Sri Tanjung terlebih dahulu, yang letaknya berada di seberang masjid tersebut.

Alun-Alun Taman Sri Tanjung Banyuwangi

Taman Sri Tanjung Banyuwangi

Si kembar memesan rujak soto khas Banyuwangi. Sebenarnya, si kembar termasuk bukan pecinta wisata kuliner, tapi saat itu kami merasa penasaran dengan rasa rujak soto. Dan ternyata memang sangat enak.

Tempat makan di Alun Alun Sri Tanjung Banyuwangi

Rujak Soto Banyuwangi

Sementara suami kembar A sedikit beristirahat, kami memutuskan untuk berfoto dan menikmati suasana alun-alun.

Alun-Alun Banyuwangi

Selesai menikmati suasana sekitar, kami ahirnya berdiskusi dan menyepakati untuk mencari hotel di sekitar pantai saja. Akhirnya, kami pun cabut lagi ke arah Bangsring.

Di tengah perjalanan, kami sibuk browsing mencari hotel atau penginapan murah di sekitar situ. Namun, di internet, informasinya sangat terbatas. Akhirnya kami hanya mencatati nama-nama penginapan yang kami lalui dari arah kota menuju ke arah Bangsring.

Baca juga:
CARA MEMESAN HOTEL DI TRAVELOKA

Menawar Perahu untuk ke Pulau Tabuhan

Mobil kemudian berbelok ke arah Pantai Watu Dodol dan kami cukup membayar IDR 5000 untuk parkir mobil. Rencananya sih kami ingin ‘berkenalan’ dengan suasana di sini, sembari mencari penginapan. Ternyata, kami malah sekalian tawar menawar harga perahu untuk ke Pulau Tabuhan esok hari. Sedikit bimbang sebenarnya karena selain Pulau Tabuhan, ada dua pilihan destinasi lainnya yang tersedia, yaitu Taman Nasional Bali Barat dan Pulau Menjangan. Akhirnya, karena pertimbangan jarak, waktu, dan khususnya biaya, kami memutuskan untuk ke Pulau Tabuhan saja.

Kami yang semula ingin menyeberang dari Pantai Bangsring akhirnya memutuskan untuk menyeberang dari Pantai Watu Dodol saja. Ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi pemilihan ini. Pertama, Pantai Watu Dodol ini sudah lebih terkembangkan dan sudah lengkap dengan berbagai fasilitas. Kedua, ada parkir resmi, yang artinya kami tak perlu cemas ketika meninggalkan kendaraan saat menyeberang ke pulau.

Setelah tawar menawar, kami mendapatkan harga IDR 600.000, dengan rincian IDR 500.000 untuk perahu dan IDR 100.000 untuk 4 peralatan snorkeling. Perahu yang kami sewa ini bisa muat hingga 10 orang. Jadi, kalau kalian datang beramai-ramai, tentu biaya sewanya bisa jauh lebih murah. Semula kami juga ingin menyewa kamera underwater yang harga sewanya sekitar IDR 150.000. Tapi karena kami melihat bapak pemilik perahu memakai cover HP anti air, kami memutuskan untuk menggunakan itu saja. Harganya IDR 25.000 per cover. Pikir kami, cover ini bisa digunakan untuk perjalanan kami selanjutnya.

Naik Perahu Menuju Patung Gandrung

Setelah selesai dealing harga perahu, kami tertarik untuk mencoba naik perahu menuju Patung Gandrung yang letaknya hanya beberapa meter dari Pantai Watu Dodol dengan membayar IDR 5.000/orang. Lumayanlah untuk dijadikan uji coba mengenal perahu yang akan kami naiki esok hari.

Pantai Watu Dodol

Pantai Watu Dodol Banyuwangi

Menginap di Baru Dua Beach Hotel

Selesai naik perahu, kami disibukkan untuk mencari penginapan. Dari nama-nama hotel yang kami catat, kami cari nomor teleponnya melalui internet. Setelah menelepon beberapa penginapan, akhirnya kami memilih untuk menginap di Baru Dua Beach Hotel karena harganya memang murah, yaitu hanya IDR 100.000/kamar untuk dua orang per kamar. Rasanya senang bukan main karena harga itu cukup murah. Apalagi, sekilas tadi kami lihat bangunannya cukup bagus.

Baca juga:
REVIEW BARU DUA BEACH HOTEL, BANYUWANGI: PENGINAPAN PINGGIR LAUT SUPER MURAH DI BANGSRING

Kami pun segera cabut ke hotel tersebut. Ternyata hotel tersebut tepat berada di tepi laut, dengan pemandangan laut yang luar biasa indah.

Saat check-in, kami diberitahu oleh petugas bahwa esok pagi kami harus sudah keluar pukul 06.00 karena kamar sudah dipesan untuk pukul 07.00. Kami sempat bimbang. Tapi karena sayang jika harus mengorbankan pemandangan laut dan setelah dipikir-pikir bahwa besok pukul 05.00 kami juga pasti sudah check-out karena harus mengejar sunrise, kami pun memutuskan untuk tetap menginap di hotel tersebut.

Pantai Watu Dodol Bangsring

Hotel Baru Dua Beach

Hotel Baru Dua Beach Banyuwangi

Kamar yang kami pesan ternyata berada di lantai tiga, yang artinya pemandangan laut bisa terlihat lebih indah.

Setelah salat di musala hotel tersebut, kami memutuskan untuk bersantai di gazebo yang menghadap laut, terletak di pinggir halaman hotel yang luas. Kami menanyakan di mana bisa membuat kopi tapi ternyata petugasnya menawarkan untuk membuatkan kami kopi. Jadilah akhirnya kami menikmati sore itu ngopi di gazebo sambil menanti Magrib sekaligus menikmati ombak tepi laut.

Pengalaman menginap di Hotel Baru Dua Beach Banyuwangi

Menjelang Magrib, gerimis turun. Kami memutuskan untuk naik, kemudian mandi, salat, dan mengistirahatkan diri.

Selepas Isya, kami merasa lapar dan memutuskan untuk mencari makan di kota, tepatnya di alun-alun seperti tadi siang karena memang kami tidak tahu warung di sekitar sini. Agak jauh memang, tapi tak apalah sembari menghabiskan waktu dan menikmati Banyuwangi Kota di malam hari.

Selesai makan, kami langsung kembali ke hotel dan beristirahat, mengingat kami harus menghemat tenaga kami untuk esok hari.



Hari:   Kedua   Ketiga




Artikel terkait:

REVIEW WISMA RUSA BALURAN: SENSASI MENGINAP DI TENGAH SABANA BEKOL BALURAN SITUBONDO

JELAJAH BROMO DENGAN MOTOR TRAIL: HARI PERTAMA (11 JANUARI 2017)

TRAVELING SERU KE AIR TERJUN TANCAK JEMBER

PERJALANAN TAK TERENCANA KE PULAU BALI 4 HARI 3 MALAM (4D3N): HARI PERTAMA (14 FEBRUARI 2014)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar